MENUJU BAHASA BALI YANG HUMANIS (Reinterpretasi Sor-Singgih Bahasa Bali)

  • I Made Suwendi Universitas Dwijendra

Abstract

Bahasa Bali langebel adalah semacam regional. Di indonesia atohipelago, hingga saat ini dipelihara oleh masyarakat Bali sebagai pembicara, pemeliharaan bahasa Bali dilakukan dengan menggunakannya sebagai media komunikasi dalam hubungan sosial sehari-hari, dalam situasi formal atau tidak fomal. . Bahasa Bali membenarkan stratifikasi pelaksanaannya. Sebuah kelas tinggi (tri wangsa) dapat menggunakan bahasa rata-rata ke yang rendah dan sebaliknya. Baru-baru ini, cara di atas tampaknya ditinggalkan dan bahkan dimulai dari sikap egaliter dalam bahasa Bali yang berarti bahwa wangsa atau stratifikasi sosial Menjadi kriteria dasar yang kaku bagi orang Bali dalam percakapan, namun cenderung untuk bersikap setara untuk menghindari atau menghilangkan glossary dari makna feodal yang digunakan oleh kelas tinggi (tri wangsa) ke kelas rendah.Penelitian ini menggunakan metode analisis isi beberapa literatur yang berkaitan dengan topik dan beberapa percakapan yang terjadi dalam hubungan sosial sehari-hari sebagai kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perubahan dalam bahasa Bali nampaknya terjadi dalam domain glossary yang digunakan oleh penuturnya terhadap bahasa humanisme, tanpa ada pengisian yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kata-kata penggunaan yang forefowarding terhadap persamaan dalam bahasa Bali telah jelas terlihat di 'alus sor' domain. Karena kata-kata 'alus sod telah digunakan oleh semua staratification pada masyarakat Bali dalam kebaktian sehari-hari mereka, (Il) sikap kesetaraan cara Dalam konteks bahasa Bali adalah hal penting yang harus ditekankan untuk semua pembicara Bali jika mereka tidak ingin agar bahasa ibu mereka ditinggalkan oleh pembicara mereka, (iii) Dalam menjaga sikap kesetaraan cara dalam konteks bahasa Bali dalam hubungan sosial, bahasa berbudaya benar-benar digunakan oleh mitra kerja, terutama bagi seseorang yang tidak terikat dengan tradisi sosial mereka. status. Meskipun demikian, dalam hubungan sosial sehari-hari dengan orang yang kita kenal juga, kita harus menggunakan beberapa kata berbudaya untuk menyesuaikan diri.
Published
2014-12-17
How to Cite
Suwendi, I. M. (2014). MENUJU BAHASA BALI YANG HUMANIS (Reinterpretasi Sor-Singgih Bahasa Bali). Widyasrama, 24(2). Retrieved from http://43.243.142.146/index.php/widyasrama/article/view/406