MASALAH DAN TANTANGAN SUBAK DI BALI BERKENAAN DENGAN AGRIBISNIS

  • Gede Sedana Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Abstract

Pembangunan pertanian perlu dilakukan melalui pendekatan sistem agribisnis yang saling terkait, saling tergantung, saling berpengaruh dengan pertanian mulai sektor hulu, usahatani, dan hilir serta sektor jasa dan penunjang. Keberhasilan pembangunan agribisnis sebagian besar tergantung pada faktor dan kebijakan yang berada di luar kewenangan Kementerian Pertanian, seperti kebijaksanaan pengembangan infrastruktur dan sarana publik yang menunjang pertanian, seperti irigasi, jalan pertanian, energi, komunikasi, air bersih, kebijaksanaan kelembagaan pelayanan  informasi,  teknologi,  kredit,  penyuluhan  dan  pengembangan  sumberdaya  manusia,  kebijaksanaan kelembagaan ekonomi petani seperti koperasi. Namun, pembangunan pertanian dan pedesaan yang dilaksanakan di Indonesia tampaknya belum memberikan hasil yang diharapkan khususnya yang berkenaan dengan para petani. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran masalah dan tantangan subak di masa mendatang berkenaan dengan agribisnis.Pengembangan sistem subak untuk tetap berlanjut memerlukan adanya penyatuan (suatu payung) manajemen kelembagaan di tingkat departemen dan koordinasinya antar sub-sistem di tingkat lapangan, atau dikenal dengan istilah “manajemen  satu  atapâ€,  sehingga  para  petani  secara  mudah  melaksanakan  kegiatannya  dan  mudah mendapatkan kebutuhan sarana produksinya. Paradigma pembangunan “haruslah†bermuara pada pertanian (petani) yaitu pengembangan subak-subak yang lestari dan dinamis, sepanjang masih diakui bahwa sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian dan pertanian merupakan salah satu aset budaya Bali. Langkah-langkah diatas merupakan salah satu wujud dari kegiatan pemberdayaan subak, dimana kegiatan ini harus dilakukan dengan pendekatan partisipatif dan komprehensif.Kata Kunci : pembangunan pertanian, pembangunan pedesaan, subak 

References

Chambers, R. 1983. Pembangunan Desa, Mulai dari Belakang. Jakarta: LP3ES

Elizabeth, R. 2007. Partisipasi sebagai Strategi Pemberdayaan Petani Miskin melalui Program Integrasi Jagung

dan Ternak. http://ejournal.unud.ac.id /abstrak/(8)%20soca-roosgandha-integrasi%20jagung-ternak(1).pdf

Elizabeth, R. dan Iwan S.A. 2009. Sistem Kelembagaan Komunitas Petani Sayuran di Desa Baturiti, Kabupaten

Tabanan Provinsi Bali. http://pse.litbang. deptan.go.id/ind/pdffiles/ MKP_B6.pdf

Fatah, L. 2006. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Banjarbaru: Pustaka Banua.

Hanggoro, H.T. 2012. Menyimak Subak. http://historia.co.id/artikel/kuno/1018/Majalah-Historia/Menyibak_Subak,

dimuat 24 Mei 2012.

Kuswanto. 1997. Penyesuaian Kelembagaan P3A: Belajar dari Pengalaman Pengembangan Usaha Ekonomi P3A di

Kabupaten Nganjuk. Padang: PSI-UDLP, UNAND.

Sedana, G. 2005. Masalah dan Tantangan Subak dalam Pembangunan Pertanian di Masa Mendatang. Dalam

Menghadapi Tantangan Globalisasi. Dalam Pitana dan Setiawan AP. editor. Revitalisasi Subak dalam Memasuki

Era Globalisasi. Yogyakarta: Andi

Sutawan, N., M. Swara, W. Windia, dan IW Sudana. 1989. Pilot Proyek Pengembangan Sistem Irigasi yang

Menggabungkan Beberapa Empelan/Subak di Kabupaten Tabanan dan Buleleng. Denpasar: Universitas

Udayana.

Syahyuti (2007). “Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sebagai Kelembagaan Ekonomi

Di Perdesaan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian.

Volume 5 No. 1, Maret 2007

Published
2014-05-04
Section
Articles