MODAL SOSIAL SUBAK SEBAGAI ENERGI SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PERKOTAAN: Kasus Subak Kerdung Kota Denpasar
Abstract
Dalam masyarakat Indonesia, cukup banyak nilai-nilai sosial seperti budaya gotong royong, kelembagaan bagi hasil, berbagai bentuk kearifan lokal, yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari budaya ekonomi modern. Di lain pihak, dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia selama ini terlalu menekankan pent-ingnya peranan modal alam dan modal ekonomi modern, tetapi sering mengabaikan pentingnya modal sosial. Bali merupakan salah satu daerah yang memiliki modal sosial yang sudah dikenal sejak lama di tingkat nasional maupun internasional, yaitu subak. Di perkotaan sering terjadi konflik dalam memperoleh air pada musim ke- marau dan membuang kelebihan air pada musim hujan sebagai akibat alih fungsi lahan. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan keragaan modal sosial subak sebagai energi sosial dalam pembangunan pertanian di perkotaan, khususnya di subak.Proses harmoni dan kebersamaan sebagai implementasi falsafah utama Subak Kerdung, yaitu Tri Hita Karana telah mewujudkan Subak Kerdung menjadi modal sosial yang kuat. Modal sosial subak ini berupa trust yang tinggi dalam bentuk pengambilan keputusan yang adil; jaringan sosial yang luas; partisipasi yang tinggi dalam bentuk gotong royong untuk menjaga kelestarian alam; resiprositas yang kuat dalam mencukupi kebutuhan air irigasi; norma dalam awig-awig subak sebagai pedoman berperilaku; serta nilai-nilai seperti rasa bersyukur, rasa malu, kejujuran, sabar, disiplin, dan tanggungjawab yang tinggi. Elemen-elemen ini jika dihimpun dan didaya-gunakan akan menghasilkan energi sosial yang bisa dimanfaatkan dalam mewujudkan pembangunan pertanian.Saran yang ditawarkan dalam tulisan ini adalah subak difungsikan sebagai “jembatan†untuk kepentingan anggota subak dan subak diposisikan sebagai subjek dalam pembangunan pertanian.Kata kunci: modal sosial, subak, energi sosial, pembangunan pertanian, perkotaanÂReferences
Bourdieu, P. (1985). The Forms of Capital, dalam John G. Richardson. 1986. Handbook of Theory and Research for The sociology of Education. New York: Greenwood Press.
Coleman, J.S. 1999. Social Capital in the Creation of Human Capital. Cambridge Mass: Harvad. University Press.
Cox, E. 1995. A Truly Civil Society . ABC Books. Sidney.
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, 2002. Tuntunan Pembinaan dan Penilaian Subak. Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Denpasar.
Fukuyama, F. 1995. Trust: The Social Virtues and The Creation of Prosperity. New York: Free Press.
Fukuyama, F. 2000. Social Capital and Civil Society. International Monetary Fund Working Paper, WP/00/74,1-8. InElinor Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Fondation of Social Capital. Massachusetts, Edward Elgar Publishing Limited.
Gambetta, D. 2000. Trust: Making and Breaking Cooperaive Relations. Electrominc Edition. Chapter 13. Oxford:
Departement Sociology, University of Oxford, 213-37. In Elinor Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Fondation of Social Capital. Massachusetts, Edward Elgar Publishing Limited.
Hasbullah, J., 2006. Sosial Kapital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia.
Jakarta: MR-United Press. Ibrahim, L. D. 2006. Memanfaatkan Modal Sosial KomunitasLokal Dalam Program Kepedulian Korporasi. Dalam Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani GALANG. Vol. 1 No. 2.
Kartasasmita, G. 1997. Membangun Sumberdaya Sosial Profesional. Makalah Disampaikan pada Kongres ke VII HIPIIS,Medan, 21 Maret 1997. www.ginandjar.com.
Margono, S. 2000. “Memantapkan Posisi dan meningkatkan Peran Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunanâ€.
Dalam Proseding Seminar IPB Bogor: Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Pustaka Wira Usaha Muda.
Mariana, D. 2006. Modal Sosial (Social Capital) dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan. Laporan Utama MediaKomunikasi Triwulan Warta Bapeda Oktober-Desember
Mawardi, J.M. 2007. Peranan Social Capital Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Komunitas. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Volume 3, Nomor 2, Juni 2007.
Mosher, A. T. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian:Syarat-Syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Cet ke-13. Krisnandhi dan Bahrin Samad Editor. Diterjemahkan dari: Getting Agricultural Moving. CV.Yasaguna, Jakarta.
Pitana, 1993. Subak. Sistem Irigasi Tradisional Bali. Sebuah Canangsari. Penerbit Upada Sastra, Denpasar.
Pitana dan Setiawan. 2005. Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi. Andi Offset, Yogyakarta.
Pranaji, T., 2009. Penguatan Kelembagaan Gotong Royong Dalam Perspektif Sosio Budaya Bangsa: Suatu Upaya
Revitalisasi Adat Istiadat Dalam Penyelenggaraan Pemer-intahan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 27 No.1, Juli 2009: 61-72.
Putnam, R.D. 1993. Making Democrasy Work: Civil Tradition in Modern Italy. Princeton: Princeton University Press.
Sarimarito, E. 2007. Interaksi Sosial Petani Subak Kerdung Keurahan Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.
Sutawan. 2008. Organisasi Dan Manajemen Subak di Bali. PT Offset BaliPost, Denpasar.
Uphoff, N. 1986. Local Institutional Development: An Ana-lytical Sourcebook, with Cases. Kumarian Press, Ewst
Hardford, CN.
Windia, W dan R.K. Dewi, 2007. Analisis Bisnis yang Berlandaskan Tri Hita Karana. Pustaka Bali Post, Denpasar.
Woolcok, M. 1998. Social Capital and Economic Development:Toward Theoretical, Synthesis and Policy Framework. Theory and Society, 27 (1), 151-208. In Elinor Ostrom and T.K. Ahn. 2003. Fondation of Social Capital. Mas-
sachusetts, Edward Elgar Publishing Limited.